Sabtu, 23 Mei 2015

Mengubah Pekarangan Rumah menjadi Kebun Hortikultura

Pekarangan merupakan lahan sempit yang biasanya berada disekitar rumah. Sedangkan menurut Soemarwoto (1981), pekarangan merupakan taman tradisional yang bersifat pribadi dan merupakan sistem yang terintegerasi dengan hubungan yang erat antara manusia, tanaman, dan hewan. Pada umumnya, pekarangan rumah hanya dijadikan sebagai lahan biasa yang tidak difungsikan secara optimal sehingga banyak tumbuh rumput-rumput liar disekitarnya, ataupun dijadikan sebagai taman indah yang hanya menyajikan fungsi estetika saja, tetapi dari segi produksi tidak menghasilkan apa-apa.
Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya jumlah penduduk, menuntut adanya penyediaan bahan pangan yang cukup dan tentunya berkualitas. Pemenuhan kebutuhan pangan tersebut dapat dimulai dari tingkat yang paling rendah, yaitu tingkat rumah tangga. Salah satu upaya pemenuhan kebutuhan pangan dalam rumah tangga dapat dilakukan dengan cara menanam sendiri bahan-bahan pangan yang dibutuhkan. Misalnya saja seperti menanam tanaman Hortikultura. Selain karena masa tanam dan masa panennya relatif cepat, tanaman Hortikultura juga tidak membutuhkan lahan yang cukup luas dalam penanamannya, sehingga dapat ditanam dilahan sempit sekalipun, seperti di pekarangan rumah. 

 
 Adapun langkah-langkah pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
  1. Persiapan Media Tanam: dapat dialakukan dengan pembersihan lahan, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan. Akan tetapi, jika pekarangan tidak memiliki cukup lahan atau tanah untuk diolah, maka dapat memanfaatkan media alternatif lain seperti pot, polibag, vertikultur, atau hidroponik.
  2. Pemilihan Jenis Tanaman: biasanya tanaman yang dipilih adalah kelompok tanaman hortikultura yang disesuaikan berdasarkan keperluan rumah tangga, misalnya untuk obat-obatan (seperti jahe, kunyit, temulawak), untuk bumbu dapur (seperti cabe, bawang merah, tomat), ataupun sebagai pelengkap gizi keluarga (seperti buah dan sayur). Lebih baik menanam berbagai jenis tanaman, tidak hanya sejenis saja dengan maksud untuk mencegah serangan hama. Sebagai estetika, dapat memilih figur tanaman dengan bentuk menarik, seperti kubis dengan daun yang berbentuk seperti bunga, anggur dengan batang yang merambat, dan lain sebagainya.
  3. Tata Letak Tanaman: Berdasarkan Andhika (2009), pada prinsipnya semua tanaman memerlukan cahaya matahari yang cukup untuk melakukan pertumbuhan, sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut, dalam hal tata letak tanaman, untuk jenis tanaman yang berukuran kecil diletakkan mulai dari bagian timur dan kebagian barat untuk jenis tanaman yang berukuran lebih besar. Hal tersebut bertujuan agar tanaman yang berukuran lebih besar tidak menghalangi sinar matahari bagi tanaman yang berukuran lebih kecil. Selain itu, kerapatan dan jumlah populasi tanaman juga perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh terhadap efisiensi pencahayaan dan perolehan nutrisi seperti air dan unsur hara.
  4. Pemeliharaan: meliputi beerapa aspek yang perlu diperhatikan, antara lain penyiangan, penyiraman, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit. penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada disekitar lahan agar terhindar dari kompetisi nutrisi dan menjaga kebersihan serta keindahan lahan. penyiraman dilakukan dengan pemberian air secara kontinyu (umumnya 1-2 kali sehari untuk tanaman dalam pot) terutama bagi tanaman yang masi muda dan baru tumbuh, untuk selanjutnya penyiraman dapat dilakukan dengan menyesuaikan terhadap kondisi lingkungan lahan apakah kering ataukah lembab (basah). Pemupukan bertujuan untuk memberikan asupan hara tambahan pada tanaman. Pupuk yang digunakan sebaiknya berasal dari bahan organik seperti kompos ataupun pupuk kandang. Pengendalian hama dan penyakit lebih mudah dilakukan karena terbatasnya lahan (pekarangan yang sempit) sehingga kontrol terhadap tanaman dapat dilakukan secara efektif. Penanggulangan hama dapat dilakukan secara manual sehingga mengurangi penggunaan bahan kimia atau pestisida sehingga membuat sayuran dan tanaman yang dihasilkan akan lebih sehat untuk dikonsumsi.
  5. Pemanenan: harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ditanam. Jika itu tanaman perdu, biasanya dapat dipanen daunnya pada umur 35-40 hari. Jika sejenis sayuran, seperti kol, sawi, selada, maka dapat dipanen sekitar 2-3 bulan. tanaman yang tidak sekali panen (menahun), jika dirawat dengan baik akan bertahan lama dan dapat terun dipanen lebih dari satu kali. 
Sangat menarik bukan? Tentunya hal tersebut tidak sulit dilakukan dan tidak membutuhkan biaya yang mahal. Dengan memanfaatkan pekarangan sebagai kebun sederhana kita  mendapatkan beberapa keuntungan. Pertama, kebutuhan akan bahan pangan bagi rumah tangga dapat tercukupi. Kedua, biaya pengeluaran  untuk kebutuhan pangan sehari-hari lebih sedikit karena telah terpenuhi dengan hasil yang diperoleh dari kebun pekarangan. Dan terakhir, pekarangan rumah kita akan lebih terlihat indah dan hijau, serta dapat mengurangi pencemaran akibat polusi udara.

Semoga Bermanfaat.. ^^

Referensi:

Affandi. 2002. Home Garden: Sebagai Salah Satu Sistem Agroforestry Lokal. digitized by USU Library.

Soleh Solahuddin,  1999.  Penajaman Strategi dan Kebijakan Pembangunan Pertanian Dalam  Rangka Memperkokoh Sistem Pertanian Nasional. Gerakan Terpadu Peduli     Pertanian,  Undip Semarang. 21 pp.

Soemarwoto, O. 1981. Sistem Kebun- Talun: Suatu Sistem Pertanian Hutan Tradisional. Prosiding Seminar Agroforestry dan Pengendalian Perladangan. 19-21 November 1981. Jakarta.

http://stppyogyakarta.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/RJ-Pola-Pemanfaatan-Pekarangan.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar